Dalam Hiruk Pikuk suara lirih adalah kebisingan yang terpecah-pecah dan ditinggalkan oleh siang. Suara lirih hanyalah bisikan-bisikan yang sampai pada beberapa orang saja, karena orang-orang inilah yang mendengar. Dan setiap kita mungkin adalah pembisik suara-suara lirih tersebut.
Suara lantang adalah pembangkit semangat. Dan suara-suara lirih adalah pembangkit kesadaran. Mereka perlahan-lahan membisikkan arti di dalam hening. Suara lantang yang terdengar, berguna untuk menggerakkan massa, sedangkan suara lirih yang bersyair menggerakkan hati yang mendengarkannya.
Setiap perubahan adalah kumpulan suara-suara lirih yang mendapat kepercayaan untuk bersuara lantang. Setiap perubahan adalah waktu yang kita tanamkan pada suara-suara lirih. Suara lirih yang berdesir di hati, di angin, bahkan pada pucuk dedaunan yang tumbuh.
Suara lirih adalah nyanyian bagi bibir yang tersenyum, air mata bagi mata yang berbinar, lantunan melodi bagi kata, dan usapan lembut angin pada kulit yang tertimpa sinar matahari. Kuketuk setiap pintu yang mengasingkan diri untuk mendengar suara lirih. Karena suara-suara lirih itu mungkin suaraku sendiri.