Mbak Rin,
Berita itu seperti petir di siang bolong
Tak terduga dan tentu saja….
Sedih….
Kau pergi untuk selamanya, syahid Insya Allah.
Ah takdir, kau benar-benar tidak bisa diduga….
Mbak Rin,
Masih teringat waktu dahulu
Dulu, saat kita sering mengobrol panjang lebar di kamarmu
Dulu, saat kita sering nonton DVD ramai-ramai di kamarku
Dulu, saat layar komputermu tiba-tiba meledak dan menghebohkan kosan
Dulu, saat kau guyur kepalaku malam-malam di hari ulang tahunku
Dan kado ulang tahun darimu pun masih terpajang di kamarku.
Mbak Rin,
Inilah penyesalan seumur hidupku padamu…
Maafkan aku tidak bisa datang di hari pernikahanmu
Maafkan aku tidak bisa datang bahkan di hari engkau dikembalikan di haribaan ilahi
Doa…hanya itu yang bisa kupanjatkan untukmu dari tempatku berada
“Robbana, terimalah temanku ini di tempatMU yang terindah”
Mbak Rin,
Terimakasih atas semua kenangan dan kebahagiaan yang telah engkau bagi
Terimakasih atas keberanian yang telah engkau tunjukkan dan syahid manakala melahirkan putri kecilmu
Meskipun kau telah pergi mendahului kami,
Kami takkan pernah lupa….
Atas tawa..
Atas airmata…
Atas Bahagia…
Saat kita semua bersama
Tidurlah dengan tenang, sahabatku….
“Memori Sekeloa 2004-2005 – Sampai kita bertemu lagi di hari pertimbangan, ukhti”
Jakarta, 8 Januari 2009